Gadis Dengan Bintang

Gadis Dengan Bintang
Dahulu kala, ada sebuah bintang yang jatuh cinta kepada seorang gadis cantik anak petani. Bintang kagum akan kepribadian gadis tersebut. Ia sederhana, tekun bekerja, serta lembut tutur katanya. Oleh karena itu, timbul keinginan di hati Bintang untuk mengajak Gadis bermain-main di angkasa sambil menyaksikan keindahan alam. 

Pucuk dicinta ulam tiba, rupanya Gadis juga telah lama mencintai Bintang, karena terpikat oleh kecermelangan sinarnya. Ajakan Bintang itu diterimanya dengan senang hati. 

Sejak saat itu, setiap malam mereka berdua selalu bercengkerama memadu kasih. Gadis meninggalkan bumi terbang ke angkasa dan Bintang meninggalkan orbitnya. Mereka terbang melayang-layang mengikuti jalannya malam. Begitulah yang yang mereka lakukan setiap malam, tanpa mengenal lelah.

Bila dilihat dari kejauhan, mereka tampak sangat bahagia. Sang Bintang nampak membimbing Gadis agar dapat terbang di angkasa. Gadis menopang semangat Bintang agar dapat bertahan tidak jatuh ke bumi. Mereka juga sangat dihormati oleh para petani karena jasanya dalam memberi petunjuk cara bertani dan tak henti-hentinya memberi semangat agar mau bekerja keras, sehingga mencapai hasil yang diharapkan. 

Sayangnya tidak semua orang mengetahui bahwa sebenarnya Bintang dan Gadis menganggung derita yang amat berat. Mereka ingin selalu bersama-sama setiap saat, tetapi hal ini sangat tidak mungkin, karena masing-masing mempunyai tugas yang harus dilaksanakan sepanjang hari. Mereka tidak bisa saling membantu. Bintang tidak bisa mencangkul di sawah, sedangkan Gadis juga tak dapat bersinar cemerlang di angkasa. 

Oleh karena itu, Bintang menghendaki agar Gadis tetap menjadi gadis yang manis menunggu Bintang datang di tepi telaga. Pada saat Bintang bekerja di langit, Gadis bisa melihat Bintang di air telaga sambil menunggu kedatangan Bintang untuk menjemputnya untuk terbang. Jalan ini ditempuh Bintang karena selama ini ia merasa terkekang dan berkeberatan bila sepanjang malam harus terbang bersama Gadis, sementara bintang-bintang yang lain juga butuh bantuan. 

Demikian pula Gadis sering-sering kena marah orang tuanya karena sepanjang malam selalu bersama Bintang. 

Bintang ingin melamar Gadis untuk dijadikan istrinya, agar sepanjang waktu dapat selalu bersamanya, namun hal ini sangat ditentang oleh bintang-bintang yang lain. "Di sini sudah tidak adal tempat lagi bagi orang lain. Kita sudah merupakan satu kesatuan yang sulit untuk ditambah maupun dikurangi, bila itu dilakukan akan mempengaruhi kestabilan edar seluruh keluarga bintang dan jagad raya. 

Bintang sangat sedih memikirkannya, apalagi ia sudah diancam akan dibunuh bila berani lagi meninggalkan orbitnya. 

Nasib Gadis tak lebih baik dari Bintang. Ia tidak diperbolehkan kawin dengan Bintang, apalagi ia akan tinggal di angkasa, karena ayahnya sudah tua dan sangat membutuhkan bantuannya. 

Demikianlah persoalan cinta kasih mereka yang tidak akan dapat mencapai tujuan, menyebabkan mereka berdua diselubungi duka yang berkepanjangan. Lama kelamaan mereka menyadari bahwa sebenarnya mereka tidak salah, tetapi karena latar belakang mereka lah yang berbeda. 

Kini Gadis sudah tidak dapat menemani Bintang lagi karena ia dikawinkan dengan pemuda dari desanya. Hati gadis sangat sedih tetapi tidak berdaya sama sekali. Untuk mengusir kesedihannya, setiap siang ia melukis air telaga dengan warna yang beraneka ragam, sehingga indah dipandang mata. Pada malam hari, air telaga ia bersihkan kembali agar bening seperti kaca, supaya bila bintang lewat diatasnya akan terlihat jelas di permukaan air. Pada saat itu Gadis akan tersenyum dan melambaikan tangannya. Walaupun sesudah itu, Gadis kembali ke rimbun pohon menyembunyikan air matanya. Air mata itu kini menjadi mata air yang mengalir jernih membentuk sungai kecil. 

Dan sejak saat itu Bintang tak seterang dulu lagi. Sinarnya memudar dan kian memerah hampir tak terlihat lagi. Para petani mulai tidak mengacuhkannya lagi, dan mereka mencari petunjuk lain dari Bumi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan untuk meningkatkan hasil pertanian. 

Kesimpulan
Tidak semua cita-cita dan keinginan kita dapat tercapai. Jika hal itu terjadi, maka kita harus tetap tabah serta mendekatkan diri kepada Tuhan agar kita memperoleh kekuatan untuk berdiri kembali.

Sumber: Buku Putri Limaran, Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah
Penulis: Sri Sulistyowati
Penerbit: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1996
Next Post Previous Post