Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana
Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan, Jimbaran, Bali. Patung ini berdiri menjulang di dalam kompleks Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana dan merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia.
Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Jika pembangunannya selesai, patung ini akan menjadi patung terbesar di dunia dan mengalahkan Patung Liberty.
GWK (Garuda Wisnu Kencana) memiliki arti Garuda yang digunakan sebagai tunggangan oleh Dewa Wisnu. Garuda juga kita ketahui juga digunakan sebagai lambang negara kita Negara Indonesia.
Dari berbagai jenis burung, lalu mengapa Burung Garuda digunakan sebagai lambang dari Negara Indonesia. Padahal banyak sekali jenis-jenis burung lainnya seperti burung elang, burung rajawali, burung kakak tua dan yang lainnya. Mengapa Burung Garuda dipilih sebagai lambang Negara yang besar dan megah ini?
Jawabannya sesuai dengan Cerita Garuda Wisnu Kencana yang akan kita bahas kali ini. Cerita Garuda Wisnu Kencana juga berkaitan dengan pembangunan landmark Garuda Wisnu Kencana (GWK) di bali. GWK yang belum rampung dibangun ini rencananya akan membuat patung Garuda Wisnu Kencana dengan tinggi sekitar 120 meter yang akan tercatat sebagai salah satu patung terbesar di dunia. Namun Pembangunannya tersendat karena masalah biaya tapi ada juga yang mengatakan kalau proyek ini dihentikan karena ketakutan ada terror Boom Bali. Namun sekarang (2013) proyek ini sudah dimulai kembali dengan menggandeng investor lokal dan diharapkan akan selesai pada akhir 2017 mendatang. Patung yang sebelumnya sudah dibangun 10 meter sampai 20 meter ini dibangun ulang setinggi 120 meter.
Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana GWK
Alkisah di sebuah negeri, tersebutlah seorang Rsi yang baik nan bijaksana. Rsi tersebut bernama Rsi Kasyapa. Beliau memiliki 2 orang istri yakni Kadru dan Winata. Rsi kasyapa selalu berbuat adil kepada kedua istrinya, walaupun begitu salah satu istrinya yaitu Kadru selalu menaruh rasa iri dan dengki kepada Winata. Kisah pun berlanjut, alkisah Kedua istri Rsi Kasyapa masing-masing dikaruniai momongan (anak). Kadru dikaruniai para Naga, sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru yang tetap memiliki rasa iri dan dengki terhadap Winata selalu melancarkan niat jahat agar Winata dapat keluar dari lingkaran keluarga Rsi Kasyapa.
Suatu ketika, Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha (air) yang disebut-sebut dapat memberikan keabadian kepada siapapun yang dapat meminumnya walaupun hanya setetes. Bersamaan dengan kejadian itu, muncullah kuda terbang bernama Ucaihswara. Oleh karena Kadru yang selalu menaruh rasa dengki terhadapa Winata, Kadru kemudian menantang Winata untuk menebak warna Kuda Ucaihswara yang belum terlihat oleh mereka.
Winata kemudian menyanggupi tantangan dari Kadru dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah harus bersedia menjadi budak dan selalu mentaati seluruh perintah dari yang menang. Kemudian Kadru menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih. Sebelum kuda itu muncul, secara diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya (naga) bahwa kuda itu sebenarnya berwarna putih.
Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk menyembur dengan racun tubuh kuda itu sehingga terlihat kehitaman. Benar saja kuda yang dulunya putih kemudian menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan Winata. Karena Winata merasa dirinya telah kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya.
Mengetahui kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam. Dia kemudian bertarung dengan anak-anak Kadru yakni para Naga yang berlangsung tanpa henti siang dan malam. Keduanya berhasil menahan imbang disetiap pertarungan sampai akhirnya para Nagapun memberikan persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata dengan syarat sang Garuda dapat membawakan Tirtha Amartha kepada para Naga.
Sang Garuda menyanggupinya, dia bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Di tengah petualangannya, sang Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha Amertha itu, Dewa Wisnu menyanggupinya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang kemudian disebut sebagai Garuda Wisnu Kencana.
Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput ilalang. Ia memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat meminumnya tirtha itu terlebih dahulu diambil oleh dewa indra yang kebetulan lewat. Namun tetesan tirtha amertha itu masih tertinggal di tali rumput ilalangnya. Naga kemudian menjilat rumput ilalang tersebut yang ternyata sangat tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga menjadi terbelah menjadi 2 ujung yang kemudian disetiap keturunan naga itu juga memiliki lidah yang terbelah.
Kemudian ibu Winata berhasil dibebaskan dari jeratan perbudakan.
Begitulah akhir cerita dari Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana. Lalu apa hubungan Garuda anak Winata dengan Garuda Lambang Negara Indonesia? Karena melihat filosofi di atas para petinggi yang membangun Negara Indonesia kemudian memilih Burung Garuda sebagai lambang Negara Indonesia karena melihat kegigihan Burung Garuda dalam berbakti kepada ibunya agar ibunya dapat lolos dari perbudakan. Garuda tersebut melambangkan kegigihan masyarakat pribumi (masyarakat indonesia) dalam memperjuangkan tanah Ibu pertiwi agar lolos dari perbudakan para penjajah kala itu.
Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Jika pembangunannya selesai, patung ini akan menjadi patung terbesar di dunia dan mengalahkan Patung Liberty.
Garuda Wisnu Kencana
Sumber: https://www.google.com/
Tangan Dewa Wisnu
Sumber: https://www.google.com/
Plaza Garuda
Sumber: https://www.google.com/
Plaza Garuda
Sumber: https://www.google.com/
GWK (Garuda Wisnu Kencana) memiliki arti Garuda yang digunakan sebagai tunggangan oleh Dewa Wisnu. Garuda juga kita ketahui juga digunakan sebagai lambang negara kita Negara Indonesia.
Dari berbagai jenis burung, lalu mengapa Burung Garuda digunakan sebagai lambang dari Negara Indonesia. Padahal banyak sekali jenis-jenis burung lainnya seperti burung elang, burung rajawali, burung kakak tua dan yang lainnya. Mengapa Burung Garuda dipilih sebagai lambang Negara yang besar dan megah ini?
Jawabannya sesuai dengan Cerita Garuda Wisnu Kencana yang akan kita bahas kali ini. Cerita Garuda Wisnu Kencana juga berkaitan dengan pembangunan landmark Garuda Wisnu Kencana (GWK) di bali. GWK yang belum rampung dibangun ini rencananya akan membuat patung Garuda Wisnu Kencana dengan tinggi sekitar 120 meter yang akan tercatat sebagai salah satu patung terbesar di dunia. Namun Pembangunannya tersendat karena masalah biaya tapi ada juga yang mengatakan kalau proyek ini dihentikan karena ketakutan ada terror Boom Bali. Namun sekarang (2013) proyek ini sudah dimulai kembali dengan menggandeng investor lokal dan diharapkan akan selesai pada akhir 2017 mendatang. Patung yang sebelumnya sudah dibangun 10 meter sampai 20 meter ini dibangun ulang setinggi 120 meter.
New GWK (Garuda Wisnu Kencana)
Sumber: https://www.google.com/
Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana GWK
Alkisah di sebuah negeri, tersebutlah seorang Rsi yang baik nan bijaksana. Rsi tersebut bernama Rsi Kasyapa. Beliau memiliki 2 orang istri yakni Kadru dan Winata. Rsi kasyapa selalu berbuat adil kepada kedua istrinya, walaupun begitu salah satu istrinya yaitu Kadru selalu menaruh rasa iri dan dengki kepada Winata. Kisah pun berlanjut, alkisah Kedua istri Rsi Kasyapa masing-masing dikaruniai momongan (anak). Kadru dikaruniai para Naga, sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru yang tetap memiliki rasa iri dan dengki terhadap Winata selalu melancarkan niat jahat agar Winata dapat keluar dari lingkaran keluarga Rsi Kasyapa.
Suatu ketika, Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha (air) yang disebut-sebut dapat memberikan keabadian kepada siapapun yang dapat meminumnya walaupun hanya setetes. Bersamaan dengan kejadian itu, muncullah kuda terbang bernama Ucaihswara. Oleh karena Kadru yang selalu menaruh rasa dengki terhadapa Winata, Kadru kemudian menantang Winata untuk menebak warna Kuda Ucaihswara yang belum terlihat oleh mereka.
Winata kemudian menyanggupi tantangan dari Kadru dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah harus bersedia menjadi budak dan selalu mentaati seluruh perintah dari yang menang. Kemudian Kadru menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih. Sebelum kuda itu muncul, secara diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya (naga) bahwa kuda itu sebenarnya berwarna putih.
Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk menyembur dengan racun tubuh kuda itu sehingga terlihat kehitaman. Benar saja kuda yang dulunya putih kemudian menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan Winata. Karena Winata merasa dirinya telah kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya.
Mengetahui kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam. Dia kemudian bertarung dengan anak-anak Kadru yakni para Naga yang berlangsung tanpa henti siang dan malam. Keduanya berhasil menahan imbang disetiap pertarungan sampai akhirnya para Nagapun memberikan persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata dengan syarat sang Garuda dapat membawakan Tirtha Amartha kepada para Naga.
Sang Garuda menyanggupinya, dia bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Di tengah petualangannya, sang Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha Amertha itu, Dewa Wisnu menyanggupinya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang kemudian disebut sebagai Garuda Wisnu Kencana.
Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput ilalang. Ia memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat meminumnya tirtha itu terlebih dahulu diambil oleh dewa indra yang kebetulan lewat. Namun tetesan tirtha amertha itu masih tertinggal di tali rumput ilalangnya. Naga kemudian menjilat rumput ilalang tersebut yang ternyata sangat tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga menjadi terbelah menjadi 2 ujung yang kemudian disetiap keturunan naga itu juga memiliki lidah yang terbelah.
Kemudian ibu Winata berhasil dibebaskan dari jeratan perbudakan.
Begitulah akhir cerita dari Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana. Lalu apa hubungan Garuda anak Winata dengan Garuda Lambang Negara Indonesia? Karena melihat filosofi di atas para petinggi yang membangun Negara Indonesia kemudian memilih Burung Garuda sebagai lambang Negara Indonesia karena melihat kegigihan Burung Garuda dalam berbakti kepada ibunya agar ibunya dapat lolos dari perbudakan. Garuda tersebut melambangkan kegigihan masyarakat pribumi (masyarakat indonesia) dalam memperjuangkan tanah Ibu pertiwi agar lolos dari perbudakan para penjajah kala itu.