kasus strategi pembelajaran kontekstual dan upaya pemecahanya




2.1 Pengertian Dan Karakteristik
A.     Pengertian
Kata contextual berasal dari kata context yang berarti “ hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan “ yang berhubungan dengan suasana (konteks)”, sehingga CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual pertama kali diajukan pada awal abad ke-20 di USA oleh John Dewey. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.
Pembelajaran Kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Beberapa pendapat tentang pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
a)      Wina Sanjaya (2008: 120) menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
b)     Rusman (2009: 240) mengatakan pendekatan Kontekstual adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya
c)      Elaine B. Johnson (2007: 65) memaparkan bahwa CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah
d)       Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
e)      Menurut Akhmad Sudrajat Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
      Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekadar dilihat dari sisi produk, tetapi yang terpenting adalah proses.

B.     Karakteristik
Karakteristik pembelajaran kontekstual dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Johnson (2002:24), ada delapan komponen utama dalam system pembelajaran kontekstual, seperti dalam rincian berikut:
a.       Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang belajar sambil berbuat (learning by doing)
b.      Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis atau anggota masyarakat
c.       Belajar yang diatur sendiri (sell-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada hubungan dengan penentuan pilihan, dan ada produknya
d.      Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok
e.       Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti
f.       Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya
g.      Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya
h.      Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran kontekstual seperti dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya, M.Pd (2005:110), sebagai berikut:
a.       Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting kowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari., dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
b.      Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
c.       Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, miasalnya dengna cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
d.      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying kowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e.       Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau penyempurnaan strategi.
            Dalam agama islam nabi Muhammad S.A.W dalam mengajarkan kepada sahabatnya terkait dengan ajaran islam selalu menggunakan dirinya sendiri sebagai pedoman seperti dalam sebuah haditsnya :
“ sholatlah kalian sebagai mana aku sholat ‘’ Hr bukhori
Disini seperti pembelajaran contekstual dimana sahabat di beri contoh secara nyata dari rosulullah.
2.2 Kelebihan Dan Kekuranganya.
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
a.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b.      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
c.       Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
d.      Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan
e.       Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru.
f.       Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang  bermakna.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
a.       Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung.
b.      Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif
c.       Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL,  guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
d.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
e.       Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

2.3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi.
tiga hal yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan strategi yaitu: Pertama,CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubunganya antara materi yang di pelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupkan.
            Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang di pelajarinya, kn tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam khidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk di tumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengurangi kehidupan nyata.

2.4. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran.
Langkah langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran kontekstual adalah :
a.       Pendahuluan.
1.      Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan di pelajari.
2.      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
§  Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
§  Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan.
§  Melalui observasi siswa di tugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di pasar – pasar tersebut
3.      Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b.      Inti
Di lapangan
1.      Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2.      Siswa mencatat hal – hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka temukan sebelumnya.
Di dalam kelas
1.      Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing masing.
2.      Siswa melaporkan hasil diskusi.
3.      Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
Penutup.
1.      Dengan banrtuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai.
2.      Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”

2.5.Upaya Pemecahanya.
Dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual seorang guru perlu memperhatikan hal-hal  sebagai berikut ;
1).   merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa (developmentally appropriate)
2).   membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning group)
3).   Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning)yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan.
4).   Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)
5).   Memperhatikan multi-intelegensi siswa  (mltiple intelligences), spasial-verbal, linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal, dan logismatematis.(Gardner, 1993)
6).   Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
7).   Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
Next Post Previous Post