5 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Seseorang
Tingkat Konsumsi seseorang dengan orang lain tentu berbeda, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang paling sering kita dengar atau paling kita sadari adalah tingkat pendapatan. Banyak orang yang mengatakan (mungkin termasuk anda) bahwa apabila tingkat pendapatan meningkat, orang tersebut cenderung konsumtif, atau tingkat konsumsinya naik.
Selain tingkat pendapatan, ternyata masih ada beberapa faktor lain. Berikut ini kami tampilkan 5 faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya konsumsi seseorang menurut Putong (2013):
1. Tingkat Pendapatan dan Kekayaan
Sangat lazim apabila tinggi rendahnya daya konsumsi seseorang berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat pendapatan, karena perilaku konsumsi secara psikologis memang berhubungan dengan tingkat pendapatan, seperti yang kita bahas dalam paragraph pertama di atas.
Apabila pendapatan pendapatan konsumen tinggi, maka konsumsinya juga tinggi (baik dalam jumlah maupun dalam nilai) karena ini berhubungan dengan pemenuhan kepuasan yang tak terbatas. Sebaliknya apabila pendapatan seseorang rendah maka konsumsinya juga relatif rendah karena berhubungan dengan keinginan bertahan hidup.
Selain pendapatan, ternyata tingkat kekayaan seseorang juga berpengaruh. Kekayaan ini bisa saja didapatkan dari besarnya tabungan masa lalu, harta warisan, dan sebagainya. Dengan tingkat kekayaan tertentu maka meskipun pendapatan aktualnya menurun dari periode sebelumnya bisa saja tingkat konsumsonya sama dengan konsumsi sebelumnya, atau bahkan mungkin tingkat konsumsinya lebih besar dari sebelumnya.
2. Tingkat Suku Bunga dan Spekulasi
Bagi masyarakat tertentu adakalanya mau mengorbankan konsumsi untuk mendapatkan perolehan yang lebih besar dari suku bunga yang berlaku dari uang yang ditabung, sehingga manakala suku bunga tinggi, konsumsi masyarakat berkurang meskipun pendapatannya tetap.
Akan tetapi manakala suku bunga demikian rendahnya maka masyarakat akn lebih condong untuk menggunakan semua uangnya untuk konsumsi, sehingga hamper tidak ada yang ditabung.
Sumber gambar: medanbisnisdaily.com |
Selain suku bunga, tingkat spekulasi masyarakat juga mempengaruhi tingkat konsumsi, masyarakat bisa saja mengurangi konsumsinya karena berharap pasa hasil yang besar dari uang yang dikeluarkan untuk bergelut di pasar saham atau obligasi (menunda konsumsi tinggi) dengan harapan akan bisa melakukan konsumsi yang lebih besar apabila spekulasinya membuahkan hasil.
3. Sikap Berhemat
Memang terjadi paradoks antara sikap berhemat dengan peningkatan kapasitas produksi nasional. Di satu sisi untuk memperbesar kapasitas produksi nasional maka konsumsi harus ditingkatkan. Namun, di sisi lain untuk meningkatkan pendanaan dalam negeri agar investasi dapat berjalan dengan mudah dan relatif murah serta aman maka tabungan masyarakat perlu ditingkatkan.
4. Budaya, Gaya Hidup dan Demonstration Effect
Gaya hisup masyarakat yang cenderung mencontoh konsumsi tetangganya, rekan kerja, atau mungkin artis menjadikan konsumsi masyarakat terpengaruh. Konsumsi untuk produk-produk yang sebenarnya belum begitu dibutuhkanm, tetapi karena gengsi atau ikut arus, masyarakat akan memustuskan untuk mengkonsumsinya.
5. Keadaan Perekonomian
Pada saat kondisi perekonomian stabil, tingkat konsumsi masyarakat juga cenderung stabil. Namun, ketika kondisi perekonomian sedang mengalami krisis, biasanya tabungan masyarakat akan cenderung rendah dan konsumsi menjadi tinggi karena kurangnya kepercayaan pada lembaga perbankan.
Referensi:
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media.