Kancil Yang Jahil Mencuri Mentimun

kancil mencuri mentimun
Pada Zaman dahulu kala, hidup seekor kancil yang cerdik, Akan tetapi perangainya sangat licik. Setiap bertemu dengan binatang-binatang lain, timbul keinginannya untuk menganggu. Baik binatang besar seperti gajah, harimau, babi, ataupun binatang kecil seperti kura-kura, monyet, musang, tidak luput dari usikannya. Dia sangat senang jika binatang yang diganggu mendapat kesusahan ataupun teraniaya akibat ulahnya yang licik. Karena kelakuannya yang sangat jahat dia disebut si Kancil yang jahil.

Pada suatu hari, si Kancil yang jahil pergi mencari makan. Walaupn hari masih pagi, dia sudah merasa sangat lapar. Dia segera berjalan meninggalkan tempat persembunyiannya untuk mencari makanan. Rumput-rumput muda dan pucuk-pucuk pohon yang dapat dijangkau, dilahapnya dengan rakus. Setelah beberapa saat berjalan melewati beberapa padang rumput dan semak belukar, sampailah dia di sebidang kebun sayur-sayuran. Berbagai tanaman sayuran di dalam kebun itu tumbuh dengan subur. Tanaman kacang panjang dan dan mentimun sudah mulai berbuah agak lebat.

Pak Dul, petani pemilik kebun itu sangat senang hatinya melihat tanamannya tumbuh subur dan segar. Setiap hari ia datang ke kebunnya tanpa merasa lelah sedikitpun. Ia bekerja membersihkan dan menjaga kesegaran tanamannya dari pagi sampai sore.

Pada waktu melihat tanaman Pak Dul yang segar dan subur itu, timbul keinginan si Kancil jahil untuk mencuri. Akan tetapi, pada saat itu dia tidak berani masuk ke kebun karena Pak Dul masih ada di dalam kebun. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dalam hati," Sebaiknya saya kembali lagi nanti sore saat pemilik kebun pulang." lalu dia segera meninggalkan tempat itu dan masuk ke hutan.

Kira-kira pukul 5 sore si Kancil jahil telah berada kembali di dekat kebun itu. Dari celah-celah pagar dia mengintip ke dalam kebun. Tampak olehnya Pak Dul sudah bersiap-siap untuk pulang. Tidak lama kemudian, Pak Dul segera keluar meninggalkan kebunnya dan pulang.

Melalui celah pagar yang agak lebar si Kancil Jahil segera menerobos masuk ke dalam kebun itu. Dengan perasaan sangat senang sambil meloncat-loncat kian kemari, dia mulai melampiaskan seleranya. Dengan rakus, Dia memakan kacang panjang dan mentimun yang muda dan segar sepuas-puasnya. Setelah merasa sangat kenyang, dia pun segera keluar meninggalkan kebun itu dan kembali ke persembunyiannya di dalam hutan. Demikian pula pada sore berikutnya, dia memasuki kebun itu lagi.

Setelah berulang kali, si Kancil Jahil mengulangi perbuatannya, Pak Dul semakin merasa susah dan jengkel. Jika dapat ditemukan, ingin rasanya ia segera membunuh penganggu yang telah merusak kebunnya itu.

Keesokan harinya, Pak Dull berusaha menemukan perusak kebunnya. Ia segera menyusuri pagar untuk mencari jalan masuk si penganggu tanaman. Setelah ditemukan, ia segera menggali lubang tepat di tempat bekas jalan masuk, di luar pagar. Setelah lubang itu selesai, ditutupnya dengan bekas potongan kayu-kayu kecil dan dedaunan. Keadaan tutup permukaan lubang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak tampak bahwa di situ ada lubang perangkap.

Seperti biasa menjelang senja, si Kancil Jahil telah berada di sekitar kebun itu. Dia pun segera mengintip suasana di dalam kebun. Tampak olehnya bahwa keadaan di dalam sudah cukup aman dan tidak berbahaya untuk dimasuki karena pemilik kebun tidak terlihat lagi. Dia segera menuju jalan masuknya seperti biasa. Beberapa langkah lagi mencapai celah pagar yang biasa dilewatinya itu, dengan tidak diduga sebelumnya dia langsung terjatuh ke dalam lubang. Sulit dibayangkan, betapa takut dan cemasnya si Kancil Jahil. Semua cara dan upayanya untuk keluar sia-sia belaka. Akhirnya, dia lelah dan terpaksa duduk berdiam diri di dalam lubang sambil merenungi nasib selanjutnya. Kini ia sadar bahwa kejadian ini akibat perbuatannya.

Dalam keadaan yang sangat membingungkan itu, masih sempat terlintas dalam benaknya untuk menipu. Dengan akal busuknya dia akan berusaha mempengaruhi siapa saja yang kebetulan melintas di dekat lubang itu. Dia berharap agar ada binatang lain ikut terperangkap bersamanya di dalam lubang.

Keadaan di dalam lubang saat itu semakin gelap karena hari semakin larut malam. Sementara itu, si Kancil Jahil mulai melaksanakan siasatnya buruknya. Dia segera mengucapkan kata-kata doa palsunya.
Tap teratap daun terentang
Langit gelap tidak berbintang
Besok hari akan kiamat
Di dalam lubang ini aku selamat. 

Dari luar lubang samar-samar terdengar doa itu diucapkan berulang-ulang. Tidak lama kemudian, lewatlah seekor kura-kura di tempat itu. Sayup-sayup ia mendengar suara kancil yang berada di dalam lubang. Dia segera menengok ke dalam lubang dan berkata, "Hai Kancil, apa kerjamu di dalam lubang ini?"

Si Kanci jahil menjawab, "Aku sedang berdoa sebab menurut keterangan ahli nujum di seberang lautan, besok pagi kiamat. Siapa ingin selamat harus masuk ke dalam lubang seperti saya."

Setelah menjawab pertanyaan kura-kura, Kancil kembali mengucapkan doanya berulang-ulang. Kura-kura mulai tertarik setelah mendengar dengan jelas kata-kata doa kancil itu. Akhirnya, dia mulai percaya pada keterangan yang telah disampaikan Kancil tadi. Dia segera menyampaikan harapannya kepada Kancil. Katanya;
"Jika memang benar kata-katamu tadi, bolehkah saya ikut masuk ke dalam lubang ini pula?"

"Boleh," kata si Kancil Jahil, "Tetapi engkau harus menuruti aturanku."

Kura-kura menjawab, "Baiklah, saya bersedia menuruti semua ketentuanmu, asal saya diizinkan masuk."

"Jika demikian jawabmu, masuklah," kata Kancil.

Kura-kura pun langsung terjun ke lubang. Dalam sekejab mata, dia telah berada di dalam lubang itu.
Si Kancil Jahil terus melanjutkan siasatnya jahilnya sambil mengajak kura-kura untuk bersama-sama berdoa.
Beberapa saat kemudian, lewat seekor kijang. Setelah itu datang berturut-turut rusa dan babi. Akhirnya, tiba pula di situ seekor harimau.
Mereka semua mempercayai penjelasan tentang hari kiamat dari si Kancil. Oleh karena itu, mereka meminta agar Kancil mengizinkan mereka ikut bersembunyi bersama di dalam lubang itu.

Setelah mendapat persetujuan dari Kancil, satu per satu mereka menerjunkan diri ke dalam lubang itu.

Kemudian, si Kancil Jahil segera mengatur siasat licik lebih lanjut. Dia berkata, "Wahai kawan-kawan, kita berenam saat ini telah berada di dalam lubang keselamatan. Untuk ketenangan dan kenyamanan kita di sini, saya perlu menyampaikan aturannya."

Semua kawannya serentak menjawab, "Baiklah Kancil, coba jelaskan kepada kami ketentuanmu itu."

"Begini," kata Kancil Jahil, "kita semua harus berjanji dengan sungguh-sungguh, bahwa selama kita berada di dalam lubang ini, tidak boleh ada yang terkentut. Jika salah seorang dari kita ada yang terkentut dia harus kita lempar keluar malam ini juga."

Semua kawan-kawannya serentak menyahut,"Setuju!"

"Baiklah, kalau begitu," kata Kancil, "mari kita semua berjanji dengan sepenuh hati, agar kita selamat besok pagi."

Menjelang dinihari, mereka mencium bau kentut yang sangat menyengat. Si Kancil langsung berteriak, "Siapa yang terkentut! sekarang juga harus kita periksa."

Mendengar perintah Kancil, mereka mulai saling memeriksa. Ternyata, kelima kawan Kancil tidak ada yang terkentut atau merasa terkentut. Pemeriksaan terakhir jatuh pada si Kancil Jahil. Setelah diadakan pemeriksaan terbukti bahwa Kancil yang sesungguhnya terkentut. Melihat keadaan itu, kura-kura langsung berkata, "Sesuai dengan perjanjian yang telah kita sepakati bersama. Kancil harus kita lempar keluar dari lubang ini sekarang."

Kawan-kawan lain pun ikut menyetujuinya. Dengan pura-pura sedih, si Kancil menjawab, "Baiklah kawan-kawan , saya bersedia mematuhi ketentuan kita bersama. Sekarang, silakan lemparkan saya keluar dari lubang ini." Setelah selesai berbicara, Kancil langsung dilempar keluar oleh harimau.

Setelah ada di luar lubang, si Kancil Jahil berkata kepada kawan-kawannya yang masih berada di dalam lubang, "Selamat masuk perangkap kawan-kawan! saya ucapkan terima kasih atas kebaikan hati kalian mengeluarkan saya dari lubang perangkap ini."

"Astaga," kata harimau, "rupanya Kancil keparat itu telah menipu kita."

Mereka ingin keluar dari lubang itu. Akan tetapi, mereka tidak dapat keluar karena lubang itu cukup dalam dan sempit. Mereka pasrah menanggung akibat ulah jahil si Kancil yang terkutuk itu.

Sementara menunggu matahari terbit, si Kancil Jahil masih berada di sekitar lubang. Dia menari-nari kegirangan sambil meloncat kian kemari. Karena keadaan pada saat itu masih agak gelap, dengan tidak disangka-sangka  dia meloncat ke sebuah tunggul kayu yang sangat runcing. Tunggul itu persis menembus bagian lambung sampai ke pangkal tenggorokannya. Tidak berapa lama, dia pun mengembuskan napasnya yang terakhir.

Kesimpulan
Cerita si Kancil ini adalah cerita fiktif yang disajikan sebagai hiburan bagi anak-anak. Cerita ini berkembang dari mulut ke mulut secara turun temurun di Kabupaten Bengkulu Selatan. 
 Kancil di dalam cerita ini dilukiskan sebagai seekor binatang yang lebih cerdik dibandingkan binatang-binatang lainnya. Akan tetapi, kecerdikannya hanya untuk menganggu dan menyakiti pihak lain. 
Secara ringkas, pesan cerita ini adalah setiap perbuatan yang dilakukan pasti ada balasannya secara setimpal. Perbuatan baik akan berbalas baik dan perbuatan buruk akan berbalas buruk pula. 

Sumber: Buku Cerita Rakyat Dari Bengkulu
Oleh: H. Syamsuddin ZA, M. Ikram, Zaharuddin, M. Halimi, Zainuddin Yusuf
Penerbit, PT. Grasindo, Jakarta
Next Post Previous Post