Sejarah Benteng Portugis Jepara
Benteng Portugis adalah salah satu objek wisata andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo atau 45 km di sebelah timur laut Kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia sarana jalan aspal berbatu dan hanya dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan tidak ada rute transportasi umum ke situs sejarah ini.
Dilihat dari sisi geografis benteng ini tampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kendali Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.
Sejarah kelam penjajahan terhadap bangsa ini memang meninggalkan cerita yang luar biasa. Meski itu sudah berjalan beberapa tahun yang lalu dan hampir dipastikan pelaku sejarah atau saksi sejarah sudah tidak ada lagi, tapi beberapa peninggalan penjajah di negeri ini masih bisa kita lihat keberadaannya.
Dalam Sejarah Benteng Portugis tercatat bahwa Benteng ini pernah digunakan oleh dua masa penjajahan dan negara yang berbeda yaitu oleh pendirinya sendiri, Bangsa Portugis sekitar abad 16 dan masa pendudukan Jepang saat Perang Dunia ke II abad 20. Sejarah Pembangunan Benteng Portugis ini dibangun tidak lepas karena keinginan Kerajaan Mataram untuk mengalahkan VOC (Belanda) yang akhirnya meminta bantuan kepada pihak ketiga yang bermusuhan dengan Belanda yaitu Portugis.
Sebelumnya diceritakan Pada tahun 1916 Kota Sunda Kelapa / Jayakarta diduduki oleh VOC Belanda dan merupakan awal pendudukan Imperialis Belanda atas Bumi Indonesia. Sultan Agung yang saat itu merupakan Raja Kerajaan Mataram Islam merasa bahwa keberhasilan Belanda menguasai Jayakarta akan mengancam kekuasaan Mataram. Sehingga Sultan Agung berinisiatif untuk menyerang Belanda dengan mempersiapkan armada perangnya untuk menyerang kota Jayakarta yang diduduki oleh VOC Belanda.
Masa penyerangan Sultan Agung terhadap VOC berlangsung selama 2 tahun berturut-turut, yaitu antara 1628 sampai 1629 tapi kekalahan diderita oleh pihak Mataram. Atas kekalahan tersebut Sultan Agung berfikir bahwa kemenangan atas Belanda dapat diraih jika serangan dilancarkan dari dua arah secara bersamaan yaitu dari darat dan laut. Sedangkan pasukan Mataram hanya mahir dalam peperangan di darat. Untuk itulah Sultan Agung meminta bantuan kepada Bangsa Portugis yang saat itu adalah seteru dari VOC. Itulah sebabnya kenapa ada Benteng Portugis di kota Jepara.
Bangsa Portugis hanya sebentar menempati benteng ini. Ada dua versi cerita yang membuat Portugis meninggalkan benteng ini. Versi pertama, Banyaknya korban yang berjatuhan serta menghilang secara misterius dari Bangsa Portugis memaksa Portugis meninggalkan Benteng ini. Konon di sekitar Pulau Mandalika tardapat pusaran air laut yang menurut cerita rakyat, pusaran air itu adalah pintu gerbang Keraton Luweng Siluman yang di rajai oleh siluman Buaya Putih.
Siluman Buaya Putih pernah bersumpah setelah dikalahkan oleh Ki Leseh bahwa, siapapun orang yang berkulit putih seperti dengan warna kulitnya akan disedot dalam pusaran air lauh hingga orang tersebut hilang entah kemana. Karena seringnya kejadian misterius itu ditambah dengan cerita rakyat sekitar yang mulai dipercaya oleh Bangsa Portugis membuat mereka meninggalkan benteng tersebut. Meski itu hanya cerita rakyat atau mitos tapi setidaknya itulah saat ini salah satu cerita yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Versi kedua adalah, Dahulu jalur perdagangan Kerajaan Demak masih dipusatkan melalui laut jawa. Tapi seiring perpindahan pusat kerajaan Demak Ke Pajang sehingga jalur perdagangan dilaut jawa menjadi sepi karena rata-rata pedagang mengalihkan jalur pengiriman dagangan mereka lewat jalur darat. Hal itulah yang membuat Portugis meninggalkan benteng tersebut begitu saja dan dibiarkan begitu saja tanpa diurus dan ditumbuhi semak belukar dan tumbuhan liar.
Saat masa perang dunia II, Jepang menduduki Indonesia dan menempati benteng itu kembali sebagai tempat pengintaian atas musuh-musuh mereka dari jalur laut jawa. Penjajah Jepang mempekerjakan penduduk sekitar dengan sistem romusha (kerja paksa)untuk membersihkan benteng, menara yang sudah rusak dibangun lebih tinggi lagi serta rumah dibagian tengah benteng dibangun kembali sebagai tempat tinggal petugas pengintai.
Dibawah menara dibangun sebuah terowongan yang bisa tembus ke pantai untuk mempercepat tugas pengintai yang bertugas di benteng ini jika hendak pergi ke pantai. Jepang memanfaatkan benteng ini sampai mereka kalah dalam Perang Dunia Ke II setelah kota Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh sekutu (Amerika) hingga memaksa mereka angkat kaki dari Indonesia.
Itulah Sejarah Benteng Portugis Jepara yang bisa saya ulas di sini dan semoga bermanfaat.
Dilihat dari sisi geografis benteng ini tampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kendali Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.
Sejarah kelam penjajahan terhadap bangsa ini memang meninggalkan cerita yang luar biasa. Meski itu sudah berjalan beberapa tahun yang lalu dan hampir dipastikan pelaku sejarah atau saksi sejarah sudah tidak ada lagi, tapi beberapa peninggalan penjajah di negeri ini masih bisa kita lihat keberadaannya.
Dalam Sejarah Benteng Portugis tercatat bahwa Benteng ini pernah digunakan oleh dua masa penjajahan dan negara yang berbeda yaitu oleh pendirinya sendiri, Bangsa Portugis sekitar abad 16 dan masa pendudukan Jepang saat Perang Dunia ke II abad 20. Sejarah Pembangunan Benteng Portugis ini dibangun tidak lepas karena keinginan Kerajaan Mataram untuk mengalahkan VOC (Belanda) yang akhirnya meminta bantuan kepada pihak ketiga yang bermusuhan dengan Belanda yaitu Portugis.
Sebelumnya diceritakan Pada tahun 1916 Kota Sunda Kelapa / Jayakarta diduduki oleh VOC Belanda dan merupakan awal pendudukan Imperialis Belanda atas Bumi Indonesia. Sultan Agung yang saat itu merupakan Raja Kerajaan Mataram Islam merasa bahwa keberhasilan Belanda menguasai Jayakarta akan mengancam kekuasaan Mataram. Sehingga Sultan Agung berinisiatif untuk menyerang Belanda dengan mempersiapkan armada perangnya untuk menyerang kota Jayakarta yang diduduki oleh VOC Belanda.
Masa penyerangan Sultan Agung terhadap VOC berlangsung selama 2 tahun berturut-turut, yaitu antara 1628 sampai 1629 tapi kekalahan diderita oleh pihak Mataram. Atas kekalahan tersebut Sultan Agung berfikir bahwa kemenangan atas Belanda dapat diraih jika serangan dilancarkan dari dua arah secara bersamaan yaitu dari darat dan laut. Sedangkan pasukan Mataram hanya mahir dalam peperangan di darat. Untuk itulah Sultan Agung meminta bantuan kepada Bangsa Portugis yang saat itu adalah seteru dari VOC. Itulah sebabnya kenapa ada Benteng Portugis di kota Jepara.
Benteng Portugis
Sumber: http://www.google.com/
Bangsa Portugis hanya sebentar menempati benteng ini. Ada dua versi cerita yang membuat Portugis meninggalkan benteng ini. Versi pertama, Banyaknya korban yang berjatuhan serta menghilang secara misterius dari Bangsa Portugis memaksa Portugis meninggalkan Benteng ini. Konon di sekitar Pulau Mandalika tardapat pusaran air laut yang menurut cerita rakyat, pusaran air itu adalah pintu gerbang Keraton Luweng Siluman yang di rajai oleh siluman Buaya Putih.
Siluman Buaya Putih pernah bersumpah setelah dikalahkan oleh Ki Leseh bahwa, siapapun orang yang berkulit putih seperti dengan warna kulitnya akan disedot dalam pusaran air lauh hingga orang tersebut hilang entah kemana. Karena seringnya kejadian misterius itu ditambah dengan cerita rakyat sekitar yang mulai dipercaya oleh Bangsa Portugis membuat mereka meninggalkan benteng tersebut. Meski itu hanya cerita rakyat atau mitos tapi setidaknya itulah saat ini salah satu cerita yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Versi kedua adalah, Dahulu jalur perdagangan Kerajaan Demak masih dipusatkan melalui laut jawa. Tapi seiring perpindahan pusat kerajaan Demak Ke Pajang sehingga jalur perdagangan dilaut jawa menjadi sepi karena rata-rata pedagang mengalihkan jalur pengiriman dagangan mereka lewat jalur darat. Hal itulah yang membuat Portugis meninggalkan benteng tersebut begitu saja dan dibiarkan begitu saja tanpa diurus dan ditumbuhi semak belukar dan tumbuhan liar.
Saat masa perang dunia II, Jepang menduduki Indonesia dan menempati benteng itu kembali sebagai tempat pengintaian atas musuh-musuh mereka dari jalur laut jawa. Penjajah Jepang mempekerjakan penduduk sekitar dengan sistem romusha (kerja paksa)untuk membersihkan benteng, menara yang sudah rusak dibangun lebih tinggi lagi serta rumah dibagian tengah benteng dibangun kembali sebagai tempat tinggal petugas pengintai.
Dibawah menara dibangun sebuah terowongan yang bisa tembus ke pantai untuk mempercepat tugas pengintai yang bertugas di benteng ini jika hendak pergi ke pantai. Jepang memanfaatkan benteng ini sampai mereka kalah dalam Perang Dunia Ke II setelah kota Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh sekutu (Amerika) hingga memaksa mereka angkat kaki dari Indonesia.
Itulah Sejarah Benteng Portugis Jepara yang bisa saya ulas di sini dan semoga bermanfaat.