Asal Mula Sungai Lembu Peteng Tulungagung
Lembu Peteng yaitu nama suatu sungai di daerah Tulungagung. Sungai itu sangatlah di kenal oleh orang-orang Tulungagung serta sekitarnya. Sungai ini ada mulai sejak zaman Kerajaan Majapahit. Hingga saat ini masih tetap terlihat mengalir deras menuju laut selatan. Nama Lembu Peteng di ambil dari nama putra Kerajaan Majapahit yang terbunuh serta jenazahnya dibuang ke sungai. Bagaimanakah cerita terjadinya nama sungai Lembu Peteng itu? Simak catatan Hariyanto, Mataram Timur News berbarengan tokoh paranormal.
Sungai Lembu Peteng ada di arah barat kota Tulungagung. Sungai itu mengalir ke arah selatan menuju Samudera Indonesia. Satu diantara histori perihal babad Tulungagung. Menurut narasi tokoh paranormal populer asal Tulungagung, Gus Ary Syarif Prayitno, " Pada zaman Kerajaan Majapahit jalinan daerah pedesaan serta pusat Kerajaan Majapahit sangatlah susah hingga situasi selatang sungai Brantas tak dapat dikuasai. Mengakibatkan kerap berlangsung pertikaian antar masyarakat bahkan juga hingga munculnya pemberontakan. "
Dengan berdirinya sebagian perguruan kanuragan, sangatlah menolong mengatur pertikaian di sebagian tempat, serta juga sebagai mata telinga daripada kerajaan. Satu diantara perguruan kanuragan yang berdiri di seputar Campurdarat yaitu Perguruan Donorowo yang didirikan oleh Kyai Patjet. Di antara murid-muridnya yakni Pangeran Lembu Peteng. Pangeran Kalang, Pangeran Bedalem serta Kyai Kasan Besari.
Disuatu hari Kyai Patjet mengadakan pertemuan dengan beberapa muridnya. Terkecuali memberi saran pengetahuan, Kyai Patjet menceritakan bahwa satu diantara muridnya bakal ada yang membangun perguruan, namun sayang tak memberitahukan kepadagurunya.
Kyai Kasan Besari yang di kenal keras kepala ini terasa tersinggung. Dia tak tahan mengatur emosinya. Hingga dia nekat meninggalkan pertemuan tanpa ada pamit. Kyai Ptajet memerintahkan Pangeran Kalang serta Pangeran Bedalem untuk menguber serta menyadarkan Kasan Besari. Tetapi diam-diam Kalang serta Bedalem berguru ke Kasan Besari. Bahkan juga mereka setuju mau membunuh Kyai Patjet yg tidak lain yaitu gurunya. Ketiganya mengatur kiat untuk membunuh Kyai Patjet. Kyai Patjet memerintahkan murid-muridnya untuk melanjutkan belajarnya, sesaat Kyai Patjet mau bersemedi didalam gua. Ditugaskannya Pangeran Lembu Peteng untuk mengawasi di seputar gua itu.
Disuatu hari Kyai Kasan Besari serta Bedalem mau membunuh Kyai Patjet. Pangeran Lembu Peteng yang setia pada gurunya menghalanginya. Timbullah peperangan besar. Dengan dibantu banyak prajuritnya, Lembu Peteng sukses menaklukkan Kasan Besari serta Bedalem. Kasan Besari melarikan diri ke Ringinpitu. Pangeran Kalang melarikan diri ke Betak, tepatnya di Tamansari Kadipaten. Pangeran Kalang yaitu paman Roro Kembang Sore (saudara dari bapak).
Hingga pada akhirnya tibalah Pangeran lembu Peteng ke Tamansari Kadipaten. Putra Majapahit itu menceritakan bahwa kehadirannya untuk mencari Pangeran Kalang, tetapi Roro Kembang Sore tidak ingin memberi tahu Pangeran kalang bersembunyi. Pangeran Lembu Peteng pada akhirnya tertarik dengan kecantikan Roro Kembang sore, begitupun Roro kembang Sore menyeimbanginya. Sewaktu keduanya bermesraan serta sama-sama mengungkapakan isi hatinya, Pangeran Kalang mengintipnya. Kalang selekasnya melaporkan momen yang barusan dilihatnya pada Bedalem. Sudah pasti Bedalem geram-marah. Tak kuat mengatur emosinya, dia mendatangi anaknyayang lagi kasmaran dengan orangyang paling dibencinya. Hingga terjadinya pertikaian sengit. Karen Bedalem tidak ingin merestuinya pada akhirnya Lembu Peteng serta Roro Kembang Sore melepaskan diri. Bedalem mengubernya. Waktu menguber Lembu Peteng yang membawa lari anaknya itu, Bedalem bersua Kasan Besari. Bedalem menceritakan semuayang baru berlangsung. Sudah pasti Kasan Besari ingin membantunya.
Saat Lembu Peteng serta Roro Kembang Sore beristirahat di seputar sungai, datanglah Kasan Besari serta Bedalem. Terjadi peperangan, tetapi sayang Lembu Peteng bisa ditaklukkan. Dia terbunuh serta jenazahnya dibuang ke sungai itu. Sesaat Roro Kembang Sore sukses melepaskan diri.
Gus Ary menuturkan, tempat dibuangnya jenazah Lembu Peteng itu oleh perwira Majapahit dinamakan Sungai Lembu Peteng.
Tersebut asal mula terjadinya Sungai Lembu peteng yang ada hingga saat ini. Bila beberapa pengunjung mau melihat segera sungai ini, tempatnya cukup gampang. Lantaran sungai ini terbentang membujur dari utara sampai selatan Kota Tulungagung. Dari Arah Blitar cukup lurus sampai menjumpai jembatan besar, dibawah jembatan tersebut Sungai Lembu Peteng serta demikian sebaliknya dari arah barat atau dari Trenggalek ke timur ketemu jembatan besar yang sama.