Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara barat (NTB) adalah provinsi yang terdiri dari dua pulau utama, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Ibukota provinsi ini adalah kota Mataram yang berada di pulau Lombok. Penduduk asli NTB terdiri dari tiga suku asli utama, yakni sasak, Mbojo dan Sumbawa. Suku bangsa Sasak berasal dari pulau Lombok, sedangkan dua lainnya, Mbojo dan Sumbawa merupakan etnik terbesar di pulau Sumbawa. Suku bangsa Sumbawa disebut juga Tau Samawa (Orang Sumbawa), sedangkan suku bangsa Mbojo adalah penduduk asli Bima dan Dompu.
Setiap daerah di indonesia memiliki senjata khas unik dan mengandung nilai sejarah tersendiri. Senjata khas itu dalam riwayat sejarahnya menjadi alat untuk perang, mempertahankan wilayah, maupun menjaga diri. Indonesia yg dikenal kaya raya akan alam dan budaya memiliki beragam jenis senjata tradisional.
Adanya dua lintasan yang dilalui budaya keris ke NTB, yaitu lintasan utara dari Bugis masuk ke NTB bagian timur, sedangkan lintasan Barat dari Bali ke Lombok
Keris Lombok secara umum berukuran besar dan panjang, yakni antara 58 cm sampai 71 cm. Sedangkan keris Sumbawa berukuran besar dan pendek, yakni antara 34 cm hingga 51 cm. Sementara itu keris Jawa berukuran sedang, antara 49 cm sampai 51 cm.
Walaupun terdapat perbedaan dari segi ukuran, diperkirakan Lombok tidak memiliki mpu pembuat keris, melainkan sebatas sebagai perajin. Dalam berbagai cerita dikemukakan, seorang mpu yang membuat keris secara tradisional kadang tidak merasakan bara api yang ada di tangannya. Bahkan konon pembuatan keris dilakukan dengan menggunakan tangannya.
Sampari (Keris)
Sampari, istilah lokal etnis Mbojo (Bima dan dompu) untuk Keris yang ber-teritorial di wilayah pulau Sumbawa bagian timur. Tampilan tetap mengadopsi dari muasal induk, khas jajaran keris Sulawesi. Variasi kayu, seperti biasanya memasangkan dua jenis pilihan, pada angkup (yang menyerupai badan kapal phinisi) dan hulu menggunakan kayu kemuning, dengan tekstur yang lebih padat. Lalu pada gandar yang bercorak coklat gelap sejauh ini belum bisa saya berhasil identifikasi. Tekstur kayu tidak sepadat kemuning, namun melihat tektur terdapat formasi belang seperti merujuk pada jenis kayu yang oleh komunitas Sulawesi dijuluki kayu Bawang.
Bentuk hulu bagi kalangan komunitas lokal NTB disebut sebagai hulu Ekor Lebah. Terdapat retakan pada hulu. Formasi luk berjumlah 9. Bagian cincin berupa penyatuan seluk dan mendak memakai bahan tembaga. Layaknya bagian dari performa umum tampilan selalu minimalis. Bilah terlihat cukup banyak terlapisi karat akibat korosi. Masih dalam proses pembersihan. Jadi belum bisa mengenali jenis alur pamor-nya. Tapi dari sekedar runut jejak... seperti jenis pamor rante. Berupa kaitan perca pola yang merangkai seperti alur rantai. Pada pangkal, bagian ganja dilengkapi formasi ri-pandan dan lambe gajah. Layaknya sebilah keris khas sulawesi, dimensinya tidak lebih dari panjang hunus mencapai 40 cm. Dan sebagai benda garap khas silam, sampari ini setidaknya masih menunjukkan titik balans ala vertikal. Porsi yang setidaknya memperhatikan kinerja dan proses kreasi tidak asal-asalan.
Tulup
Tulup adalah salah satu senjata tradisional berburu Suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tulup terbuat dari kayu meranti yang dilubangi, berpeluru potongan-potongan seperti lidi dari pelepah pohon enau yang berbentuk seperti mata panah yang disebut ancar. Mata ancar biasanya diolesi racun dari getah pohon tatar.
Kelewang
Klewang adalah pedang khas tentara khusus kerajaan Lombok. Kisaran tahun penciptaan berkisar rentang 1700 – 1800 Masehi. Sebagaimana diungkap dalam buku “Keris Lombok” karangan Bapak Ir. Lalu Djelenga. Masyarakat umum di Lombok lebih sering menyebut Klewang. Julukan yang hampir sama bagi semua jenis pedang. Pasukan tentara kerap menyandang di bagian tubuh-punggung belakang. Bentuk bilah besi terhunus dengan lengkungan khas. Ujung mata pedang meruncing pada sisi bilah bagian yang tajam. Pamor pada pangkal bilah sangat kontras dengan tera motif yang kian tampil cantik. Terutama pada bagian tengah bilah hingga ujung. Rentang panjang bilah capai 50 cm.
Warangka terbuat dari kayu hitam. Tidak lazim seperti umumnya bahan warangka keris khas Lombok, bersanding kayu Berora Pelet. Sedikit memberi kesan tegas dan garang. Namun masih bernuansa estetis dengan tambahan asesoris, segmen bungkus lempeng perak dan kuningan. Ukiran motif minimalis hanya terdapat pada bagian hulu warangka.
Golok
Pisau besar atau golok ini merupakan salah satu senjata tradisional suku Sasak yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gagang golok terbuat dari tanduk ukir berbentuk seekor singa utuh dengan kecermatan ukiran yang mengagumkan. Semacam mendak perak melingkar dintara gagang golok dan bilahnya. Sarung golok terbuat dari kayu berukir motif tradisional setempat. Sekilas tempak terlihat kemiripan pola ukiran dengan ukiran tradisional Bali. Bilah golok ditempa dari baja putih tanpa pamor yang cukup tebal. Golok tradisional Lombok buatan lama yang dibuat khusus untuk kalangan tertentu (bukan suvernir).