Perkembangan Sektor Industri dan Pertanian di indonesia

                                                                       ~ Pengantar ~


Untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dapat di lakukan dengan menyeimbangkan dua sektor yaitu sektor industri dan sektor pertanian. Jika dua sektor tersebut berjalan dengan baik maka akan menumbuhkan perekonomian yang seimbang, dikarenakan dua hal sektor tersebut tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lain.

Perkembangan Sektor Pertanian.

Menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting.

Sektor pertanian yang dimaksud dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan usaha atau sektor produksi ialah pertanian dalam arti luas. Di indonesia, sektor pertanian dalam arti luas ini dipilih-pilih menjadi subsektor yaitu :

      1.      Subsektor Tanaman Pangan.                           4. Subsektor Pertanian.
      2.      Subsektor Perkebunan.                                   5. Subsektor Perikanan.
      3.      Subsektor Kehutanan.

Masing-masing subsektor, dengan dasar klasifikasi tertentu, dirinci lebih lanjut menjadi subsektor yang lebih spesifik. Nilai tambah sektor pertanian dalam perhitungan PDB tidak lain merupakan hasil penjumlahan nilai tambah dari subsektor-subsektor ini, nilai tambah subsektor-subsetor tersebut dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Tingkat harga yang dipakai untuk menghitung nilai produksi adalah harga pada perdagangan besar.

Subsektor Tanaman Pangan sering juga disebut subsektor pertanian rakyat. Disebut demikian karena tanaman pangan biasanya diusahakan oleh rakyat, maksudnya bukan oleh perusahaan atau pemerintah. Subsektor ini mencakup komoditas-komoditas bahan makanan seperti padi, jagung, kitela pohon, ketela rambutan, kacang tanah, kedelai, serta sayur-sayuran dan buah-buahan.

Subsektor perkebunan dibedakan atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Hasil-hasil tanaman perkebunan rakyat terdiri terdiri antara lain atas karet, kopral, teh, kopi, tembakau, cengkeh, kapuk, kapas, coklat, dan berbagai rempah-rempah. Dan adapun perkebunan besar ialah perusahaan perkebunan berbadan hukum, tanaman perkebunan besar meliputi karet, teh, kopi, kelapa sawit, coklat, kina, tebu, rami, berbagai serat, dan yang lain.

Subsektor kehutanan terdiri atas tiga macam kegiatan yaitu penebangan kayu; pengambilan hasil hutan yang lain; dan perburuan. kegiatan penebangan kayu menghasilakn kayu glondongan, kayu bakar, arang dan bambu, dan berbagai hasil hutan lain nya. Sedangkan kegiatan perburuan menghasilkan binatang-binatnag liar seperti rusa, penyu, ular, dan termasuk madu. 

Subsektor peternakan mencakup kegiatan beternak itu sendiri dan pengusahaan hasil-hasilnya. Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil; telur, susu segar, wool, dan hasil pemotongan hewan.

Subsektor perikanan meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut; perairan umum; kolam; tambak; sawah; dan keramba, serta pengolahan sederhanaatas produk-produk perikanan (pengeringan dan pengasinan). Dari segi teknis subsektor ini di bedakan menjadi tiga macam sektor yaitu perikanan laut, perikanan darat, dan penggaraman.

            Pertumbuhannya rata-rata 3,6% per tahun. Kemajuan paling menonjol sector ini selama PJP I adalah dalam bidang produksi pangan, yakni keberhasilan mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Sebelumnya, bahan makanan pokok ini masih harus selalu diimpor. Bahkan pada tahun-tahun 1970-an Indonesia merupakan Negara pengimpor beras terbesar di dunia. Swasembada beras ini berdampak penting pada meningkatnya kualitas gizi, pendapatan masyarakat, dan stabilitas ekonomi nasional.

Pada tahun 1992, sector pertanian menyerap 53,69% tenaga kerja, sementara sumbangannya dalam membentuk PDB menurut harga yang berlaku sebesar 19,52%. Hal itu berarti setiap 1% tenaga kerja pertanian Indonesia hanya menyumbang sekitar 0,36% PDB. Sebagai bandingan: sector pertanian di negara- negara maju yang tergabung dalam G-7 hanya menyerap sekitar 2% tenaga kerja dan menyumbang 3% PDB. Dengan kata lain, setiap 1% tenaga kerja pertanian mereka menyumbang 1,5% PDB, atau hampir lima kali lipat produktivitas tenaga kerja pertanian kita.

Jadi, apabila produktivitas sector pertanian tidak mengalami perbaikkan, maka bukan mustahil keberhasilan industrialisasi dalam pembangunan kita selama ini akan mengalami titik balik. Tanpa dukungan sector pertanian sebagai penyangga yang tangguh kemajuan sector industry akan mudah tersendat.

Tabel 12.2Kontribusi Sektor Pertanian dalam membentuk PDB, 1988-1994 atas dasar harga berlaku (Persen)

Sektor-Subsektor
1998         1989        1990        1991        1992       1993         1994
Sector pertanian
-tanaman pangan
- perkebunan
-kehutanan
-peternakan
Perikanan
Sector-sektor lain
24,12        23,43       21,55       19,66      19,52       17,88       17,44
14,86        14,65      13,25         11,50     11,33        9,73         9,21
3,97          3,71        3,41            3,34        3,36         2,73        2,69
1,02          0,98          0,95          0,89        0,84         1,90         1,97
2,49         2,28          2,23           2,25        2,32          1,88        1,91
1,78          1,81          1,71           1,68        1,67          1,63       1,67
75,88        76,45       80,34         80,48       82,12       82,56
Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia, 1994, BPS.

Tabel 12.3Laju Tumbuh Sektor Pertanian dalam membentuk PDB, 1988-1994  atas dasar harga konstan (Persen)

Sektor – Subsektor
1988      1989       1990      1991    1992     1993     1994
Sektor Pertanian
Tanaman pangan
-Perkebunan
-Kehutanan
-Peternakan
-Perikanan
Sektor-sektor lain
4, 90      3,32        2,00       1,60     1,42      0,32      2,89
4,50       3,97        0,52       -0,55    7,73     -1,18    -2,70      1,76
7,82       5,52        6,50        5,94     6,29      5,17     5,17       5,98
4,66      -3,87        2,97        0,02      -2,25   1,65     0,67       0,55
4,78
Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia, 1994, BPS.

Jadi, meskipun merupakan penyedia pangan bagi segenap rakyat, pemasok bahan baku industry, dan bahkan sebagai pasar bagi hasil-hasil industry, sector pertanian ternyata belum optimal terintegrasi di dalam derap langkah industrialisasi yang menjadi inti strategi pembangunan.

Perkembangan sector pertanian itu sendiri, kasus Indonesia, sangat menarik untuk dikaji. Pola perkembangannya berbeda dengan pengalaman empiris dinegara – negara lain. Perkembangan sector pertanian di negara – negara lain biasanya ditempuh melalui tiga kemungkinan pola atau lajur. Pertama, jalur kapitalistik; yakni melalui pengembangan usahatani – usahatani berskala besar dan melibatkan satuan – satuan yang berskala kecil. Perkembangan sector pertanian di Amerika Utara dan Eropa Barat pada umumnya melalui pola ini. Kedua, jalur sosialistik; yakni melalui pembentukan usahatani kolektif berskala besar yang diprakarsai oleh Negara. Pola semacam ini berlangsung di negara-negara Eropa Timur, sebelum runtuhnya rejim komunis. Ketiga, jalur koperasi semikapitalistik; yakni melalui pembinaan usahatani-usahatani kecil padat modal yang digalang dalam suatu koperasi nasional di bawah pengelolaan Negara. Mirip dengan gagasan neopopulistik, pola ini diterapkan oleh Jepang dan Taiwan. Kendati polanya berbeda, namun kesemuanya selalu diawali dan diiringi dengan reformasi agraris dan penataan penguasaan tanah (land reform).

Perkembangan sector pertanian di Indonesia untuk subsector tanaman pangan puncaknya ditandai dengan keberhasilan mencapai swasembada beras ternyata tanpa didahului dengan reformasi agraris ataupun land reform. Revolusi hijau berlangsung ditengah-tengah fragmentasi tanah dimana luas lahan usahatani dari waktu ke waktu justru semakin menciut. Intensifikasi dapat diterapkan (setidak-tidaknya berhasil dipaksa untuk diterapkan) di kalangan petani-petani kecil yang mayoritas berlahan kurang dari setengah hektar (di Jawa: rata-rata 0,3 hektar).

Data Terbaru dan Analisis.



Analisis.

Data di atas merupakan salah satu hasil sektor pertanian yaitu di subsektor perkebunan, dari data tersebut kita dapat mengetahui perkembangan di subsektor perkebunan dari tahun 2000 sampai tahun 2014. Sektor pertanian dengan sektor industri merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, ketika tingkat produktivitas di sektor perkebunan menghasilkan bahan baku seperti tabel di atas misalkan sepertikaret, kopi teh, kapuk, jambu mente, pala, kayu manis, kemiri, pinang, lada, panili, cengkeh, dan tanaman semusing seperti gula tebu, tembakau, sereh wangi, nilam, mengalami peningkatan dan hasil kebun melimpah maka ini akan berdampak positif terhadap produktivitas di sektor industri pengolahan, sehingga industri pengolahan akan menghasilkan barang yang bernilai jual dan produsinya pengolahan dari bahan mentah diolah menjadi barang siap di konsumsi akan meningkat, sehingga ketika dua sektor tersebut berjalan dengan baik maka akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, karna satu sektor dengan sektor lain saling mendukung, misalkan di bahan primer tanaman musiman seperti Tebu, ketika petani memanen tebu maka petani butuh industri pengolahan untuk menjual hasil panenanya, agar bisa menjadi bahan yang siap di konsumsi oleh konsumen, dan bagi masyarakat mencukupi kebutuhan sehari hari untuk membeli bahan-bahan kebutuhan yang lain, dan sebagaian di konsumsi sendiri. Jadi, industri membutuhkan petani dan petani membutuhkan industri.

Proses dari barang primer ke barang jadi.



Analisis.

Dari data di atas bisa kita amati bahwa sebelum makanan yang di konsumsi oleh masyarakat umum harus melalui beberapa tahapan yang harus di jalani. Yaitu mulai dari produksi pertanian, sampai ke pasar dan di kosumsi oleh masyarakat, artinya ketika produk pertanian yang akan di jadikan bahan jadi atau siap dikonsumsi oleh masyarakat maka harus di butuhkan industri pengolahan yang mengolah hasil produk petani. Sehingga perkembangan di sektor industri sangat di pengaruhi oleh tingkat produktivitas di sektor pertanian, dan ketika kedua sektor tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja di kedua sektor. penyedia bahan pangan, penyuplai  bahan baku bagi industri, tempat pemasaran hasil-hasil industri, atau dapat dikatakan bahwa sektor pertanian mempunyai kaitan ke belakang maupun kaitan ke depan dengan sektor lain.

Kondisi kawasan pertanian saat ini.

1. Pada kawasan pertanian yang ada, infrastruktur menjadi masalah utama untuk mendorong petmbuhan ekonomi.

2.   Kerawanan pangan dan “kurang gizi” dan keterisoliran menjadi tantangan di wilayah pertanian/perdesaan.

3.     Perekonomian di wilayah tersebut masih tertumpu di sektor pertanian (dalam arti luas).

4.  Pembangunan pertanian diprioritaskan menyediakan infrastruktur dan pemberdayaan petani guna meningkatkan aktivitas ekonomi dan kesejahteraan kesejahteraan petani.

5.  Anggaran pembangunan pertanian tidak fokus sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah.







Proses Pengolahan produk pertanian di industri pengolahan.



Industri Pengolahanadalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekatkepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan perakitan (assembling).

 Analisis

Tabel di atas merupakan data yang menggambarkan mengenai sektor industri yang mengelola barang-barang dari produk pertanian, seperti pegolahan tembakau, industri pengolahan kayu dan industri pengolahan karet, merupakan salah satu penyumbang PDB (produk domestilk bruto) indonesia, di mana dari tabel di atas menggambarkan tingkat produktivitas di setiap tahun, seperti halnya di produk pengolahan tembakau, karet dan industri pengolahan kayu dari tahun 2011 sampai dengan 2015 rata-ratahanya menghasilkan tingkat produktivitasnya sekkitar di bawah 1% atau sekitar 0,8%, hal tersebut menggambarkan bahwa di sektor pertanian tingkat produktivitasnya rendah sehingga hal tersebiut akan berdampak terhadap jumlah produk yang di hasilkan oleh industri pengolahan.

Pemerintah di harapkan harus lebih memperhatikan keadaan tersebut, diharapkan dengan adanya peran pemerintah tingkat produktivitas yang di hasilkan oleh petani akan meningkat, pemerintah bisa memberikan isentis/subsidi atau penyuluhan kepada petani untuk meningkatkan SDM yang lebih baik, dan subsidi di bidang pupuk, atau   memberikan jaminan untuk memelihara atau menanam produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan produksi di sektor industri.

KESIMPULAN MATERI INI

Bahwa perkembangan perekonomian Indonesia dalam sector pertanian maupun sector industri mengalami peningkatan maupun penurunan dalam tahun 1986 - 2011. Kedua sector tersebut saling berkaitan dalam perkembangan perekonomian Indonesia, karena  sector pertanian menunjang sector industry dan sebaliknya.

            Dalam pelaksanaannya, pengembangan sektor industri akan dilakukan secara sinergi dan terintegrasi dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian, pertambangan, kehutanan, kelautan, perdagangan, pendidikan, riset dan teknologi dan sebagainya. Konsep daya saing internasional merupakan kata kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral maka sinergi dengan seluruh pelaku usaha serta seluruh pemerintah daerah merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu, dukungan aspek kelembagaan yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri baik secara sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan keberhasilan pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.

Dari pembahasan di atas sektor industri dan pertanian begitu penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia, dari dua sektor tersebut saling berkaitan satu sama lain ketika sektor pertanian berkembang dengan produktivitas yang baik akan meningkatkan produktivitas di sektor industri sehingga akan menghasilkan keseimbangan ekonomi.







DAFTAR PUSTAKA

·           Dumairy, 1997: “PEREKONOMIAN INDONESIA”, Penerbit Erlangga, Jakarta
·           Basri,Faisal, 1995: “PEREKONOMIAN INDONESIA MENJELANG ABAD XXI”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
·           Kementerianpertanianpembangunan pertanian20152019.

Next Post Previous Post